Ketika baru lulus kuliah atau belum menikah, biasanya wanita lebih mudah memutuskan untuk berkarir. Namun ketika mulai berkeluarga, suami turut mempunyai andil untuk menentukan apakah si istri boleh kerja atau tidak. Apalagi setelah dikaruniai momongan. Banyak wanita merasa sedih ketika harus meninggalkan anak-anak yang masih kecil untuk bekerja. Lalu bagaimana solusinya?

Setiap zaman ada tantangannya sendiri. Begitu juga yang dialami wanita. Di era Kartini dulu, tugas utama wanita yang sudah menikah adalah 3-ur : kasur, sumur, dapur, yaitu melayani suami, cucian (pekerjaan rumah tangga) dan memasak.

Wanita masa kini punya lebih banyak pilihan. Dengan kesetaraan pendidikan dan pemerataan kesempatan bekerja, wanita pun bisa berkarya selain di rumah tangga. Hal ini juga didorong oleh kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat, khususnya bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar.

Rata-rata wanita yang berpendidikan cukup tinggi merasa “sayang” jika ilmunya tidak digunakan untuk bekerja. Selain itu, orang tua mana yang tidak bangga jika anaknya bisa mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Itu juga menjadi penyebab mengapa wanita memilih untuk berkarir.

Baca juga :  Konsumen E-Commerce di Indonesia Capai 30 Juta Orang

Ini dialami oleh Dini (39), seorang ibu tiga anak yang telah berkarir sembilan tahun di sebuah perusahaan multinasional. Seiring dengan bertambahnya tanggung jawab di kantor, Dini kerap harus pulang nyaris tengah malam, ketika anak-anaknya masih kecil. Sempat terpikir oleh Dini untuk resign.

Beruntung atasan Dini memahami kegundahan hatinya. Karena bekerja dengan baik, Dini tetap dipertahankan di perusahaannya, tetapi ia ditempatkan di bagian yang waktunya lebih fleksibel. Bahkan kini Dini bisa mengerjakan tugas dan melakukan meeting dengan beberapa partner kerja di luar negeri melalui web conference.

DILEMA KARIR WANITA BERKELUARGA. BAGAIMANA SOLUSINYA?Photo by Eutah Mizushima on Unsplash

Banyak wanita dilarang berkarir oleh suami atau keluarganya, karena khawatir kelelahan atau tidak bisa membagi waktu. Berbeda dengan Dian (40) yang sejak awal justru didukung penuh oleh suaminya untuk menjadi spesialis kandungan.

Sebagai dokter kandungan yang sibuk, Dian sering melewati momen penting ketiga anaknya di sekolah atau mendampingi mereka belajar. Ini sudah menjadi konsekuensi yang dipahami betul oleh sang suami yang juga berprofesi sebagai dokter, tepatnya spesialis jantung.

Baca juga :  Manfaatkan e-Klinik untuk Peningkatan Mutu dan fungsi Produk

Untuk mengatasi kegundahan hatinya, Dian memasrahkan segala urusan kepada Yang Maha Kuasa. Ia yakin profesinya banyak dibutuhkan oleh para ibu yang membutuhkan dokter kandungan wanita yang memang masih sedikit di negeri ini.

Meskipun sedikit waktu yang bisa diluangkan bersama keluarga, Dian tetap menjaga komunikasi yang baik. Dengan bantuan teknologi, untuk mengawasi anak-anak di sekolah, Dian bisa memanfaatkan Whatsapp Group orang tua murid. Jika mulai dilanda jenuh, ia segera break dan mengambil cuti liburan.

Menjadi ibu rumah tangga maupun ibu bekerja adalah pilihan bagi wanita masa kini. Jika memutuskan untuk tetap berkarir, beberapa kunci penting yang perlu dilakukan adalah :

  • Tetapkan tujuan Anda bekerja dan yakinlah bahwa apa  yang Anda lakukan membawa manfaat.
  • Pastikan suami mendukung Anda bekerja. Restu suami sangatlah penting untuk kesuksesan karir seorang istri.
  • Jaga komunikasi yang baik dengan keluarga, termasuk dengan asisten rumah tangga dan pengasuh anak-anak
  • Ketika bersama keluarga, terutama anak-anak, jauhkan gadget dan fokuslah dengan mereka. Momen makan malam bersama bisa dimanfaatkan untuk saling berbagi cerita tentang kegiatan masing-masing sepanjang hari.
  • Beri pemahaman bagi anak-anak mengapa kita perlu bekerja.
  • Selalu terbuka dan berdiskusi dengan suami tentang berbagai kegiatan yang kita lakukan.
  • Jangan bawa-bawa  masalah kantor ke rumah, begitupun sebaliknya.
  • Berdiskusilah dengan atasan atau rekan kerja, jika beban pekerjaan Anda dirasa terlalu menyita waktu dan tenaga. Jika memungkinkan, mintalah untuk diberi kelonggaran waktu dan tempat bekerja, atau pindah bagian yang membuat Anda lebih bisa mengatur waktu.
  • Lakukan break dan ambil cuti liburan secara rutin, untuk menghindari kejenuhan dan kelelahan mental.
Baca juga :  Social Commerce Syariah, Hadir untuk Bantu UMKM

Niat lurus dan dukungan penuh dari keluarga menjadi kunci penting kesuksesan seorang ibu berkarir. Bagaimanapun juga jika telah menjadi seorang wanita yang telah berkeluarga, tugas utama kita adalah sebagai istri atau ibu. Tentunya kita berharap segala yang dilakukan dapat berjalan lancar dan seimbang. Jika suatu saat kita harus memilih antara karir atau keluarga, alangkah lebih baik jika mengutamakan keluarga. Kiranya Tuhan selalu membimbing semua langkah kita dan memberikan yang terbaik untuk hidup. Amin..