Memasuki sepekan bulan Ramadhan, kebutuhan konsumtif masyarakat tetap meningkat. Kini dengan perkembangan teknologi, dibarengi dengan pandemi COVID-19, perburuan konsumsi barang mulai mengalami tren perubahan. Salah satunya yang sangat terlihat dan masih dirakan saat ini adalah dengan menggunakan sarana digital untuk melakukan transaksi jual-beli. Khususnya di masa puasa ini. Produk yang diburu ditengarai paling banyak adalah produk lokal. Dan ini adalah perkembangan yang sangat baik.

Menurut Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (idEa) Bima Laga ada tiga alasan mengapa membeli produk lokal selama bulan Ramadhan adalah hal yang tepat. “Pertama, kita membantu perekonomian dalam negeri,” kata Bima ditemui di Jakarta, kemarin.

Alasan kedua, produk buatan lokal tidak kalah kualitasnya dengan produk buatan mancanegara. Terakhir, ketika berbelanja produk lokal di lokapasar, konsumen bisa memanfaatkan promosi seperti gratis ongkos kirim atau diskon uang kembali (cashback).

idEa merasa optimistis ekonomi digital Indonesia terus bertumbuh pada bulan Ramadhan tahun ini, apalagi pandemi virus corona menunjukkan tanda melandai belakangan ini.

Transaksi di platform dagang digital, menurut Bima cenderung tinggi ketika bulan puasa, tunjangan hari raya (THR) menyebabkan daya beli masyarakat meningkat. Selain itu, platform dagang digital biasanya memberikan promosi menjelang hari raya.

idEa mengatakan ekonomi digital tahun lalu ditaksir berjumlah sekitar Rp401 triliun, pertumbuhannya di atas 40 persen. Tahun ini, menurut Bima, ekonomi digital diperkirakan menyentuh angka Rp526 triliun atau tumbuh di atas 30 persen secara year-on-year.

Asosiasi merasa optimistis dengan pertumbuhan tersebut, apalagi platform e-commerce biasanya mengadakan program promosi untuk mendongkrak penjualan.

Di samping promosi dari penyelenggara sistem elektronik, Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang diluncurkan sejak awal pandemi 2020 mampu menarik pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk masuk platform digital.

Laporan terbaru idEa, saat ini ada 9,9 juta UMKM yang masuk ke ekosistem digital melalui GBBI. Angka tersebut didapat pada periode Mei 2020 sampai Februari 2022.

Total UMKM yang sudah masuk ke platform digital, yang berada di bawah idEa, berjumlah sekitar 19 juta. Pemerintah merencanakan ada 30 juta UMKM yang masuk platform digital pada 2024, masih ada sekitar 11 juta UMKM untuk memenuhi target tersebut. Asosiasi merasa optimistis target tersebut bisa tercapai.

Baca juga :  Siasati Risiko Kurang Tidur selama Ramadhan