Indonesia dinilai mampu menjadi hub manufaktur di tingkat Asean. Namun, untuk mencapai ini diperlukan adanya iklim investasi yang kondusif, kemudahan izin usaha, dan insentif bagi industri.

Indonesia masih menjadi negara tujuan utama untuk investasi, bahkan basis produksi bagi para produsen global untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik hingga ekspor. “Oleh karena itu, pemerintah bertekad untuk terus menciptakan iklim investasi yang kondusif serta memberikan kemudahan perizinan usaha dan insentif bagi industri,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.


Pada kuartal I tahun 2019, Industri manufaktur berkontribusi hingga 22,7 persen dari total nilai investasi yang mencapai Rp 195,1 triliun, yang berasal dari penanaman modal asing dan dalam negeri. Pemerintah pun terus memberikan insentif fiskal berupa tax holiday untuk mengerek investasi di sektor ini.

Baca juga :  Manfaatkan Akses Pasar Digital lewat Toko Daring

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto optimis Indonesia mampu menjadi pusat manufaktur di kawasan Asia Tenggara. Apalagi, beberapa sektor industri telah memiliki struktur industri yang dalam, mulai dari hulu sampai hilir. Misalnya, industri otomotif.

Potensi industri otomotif di Indonesia cukup besar, dengan jumlah produksi mobil yang mencapai 1,34 juta unit atau senilai USD13,76 miliar sepanjang tahun 2018. Saat ini, empat perusahaan otomotif besar telah menjadikan Indonesia sebagai rantai pasok global. Kabar baiknya, dalam waktu dekat ada beberapa principal otomotif yang akan bergabung dan menjadikan Indonesia sebagai hub manufaktur otomotif di wilayah Asia

Baca juga :  Digitalisasi UMKM Bagi Pengembangan Usaha
Young woman relaxing in chair using digital tablet

Menurut Menperin, Indonesia hampir sejajar dengan Jerman, yang kontribusi sektor manufakturnya berada di angka 20,6 persen. Bahkan, menjadi yang tertinggi di Asean. Sementara itu, posisi teratas ditempati China (28,8%), disusul Korea Selatan (27%) dan Jepang (21%). Sementara, negara-negara industri lain kontribusi sektor manufaktur terhadap perekonomian rata-rata di angka 17 persen.

Saat ini Indonesia berada dalam daftar 16 besar negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia. Melalui Making Indonesia 4.0, nantinya Indonesia diharapkan bisa masuk ke daftar 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030. “Kalau hasil studi PwC dan McKinsey, kita bisa masuk 7 besar ekonomi dunia di 2045. Targetnya, pada 100 tahun Indonesia merdeka nanti, kita bisa menjadi ekonomi ke-4 terbesar di dunia,” tutur Airlangga.